Sejarah Perang Uhud!!! Orang Quraisy Membalas Dendam Terhadap Kekalahan Ketika Perang Badar.
Sejarah Perang Uhud merupakan kisah peperangan yang dilalui
Rasulullah SAW namun berakhir dengan kekalahan. Pada perang ini, umat Islam
yang awalnya mendapatkan kemenangan harus menderita kekalahan karena silau oleh
harta yang ditinggalkan lawannya.
Mereka tidak mendengarkan nasihat Rasulullah untuk menjaga
posisi dan memilih untuk mengambil harta sisa kaum kafir yang kalah. Mendengar
itu, kaum kafir lalu menyerang umat Islam yang tengah lengah karena harta, dan
kaum muslimin akhirnya menderita kekalahan.
Perang ini terjadi merupakan ajang balas dendam yang
dilakukan oleh kaum Quraisy karena
menderita kekalahan atas kaum Muslim saat perang Badar.
Kala itu, tentara Quraisy yang berjumlah 1000 orang harus
menyerah kalah dengan pasukan Islam yang hanya berjumlah 300 orang. Sejumlah
nama besar tewas dalam peperangan tersebut.
Hal ini membuat merek yang tersisa kahirnya murka dan
menyusun strategi balas dendam.
Tokoh-tokoh Quraisy seperti
Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayah, dan Abu Sufyan bin Harb
inilah yang menjadi penghasut kaum quraisy.
Langkah yang mereka lakukan adalah dengan menghasut kaum
Mekkah untuk tidak mengingat korban tewas dalam perang Badar. Mereka juga
meminta kaum Quraisy untuk menunda pembayaran tebusan kepada kaum muslim untuk
membebaskan tawanan Quraisy yang masih tersisa di Madinah.
Kaum ini juga menggalang dana untuk modal sebagai aksi balas
dendam. Ternyata langkah mereka ini berhasil, mereka berhasil mengumpulkan 1000
onta dan 50.000 keping mata uang emas. Mereka sukses menghimpun pasukan tiga
kali lipat lebih besar dibanding jumlah pasukan Quraisy pada perang Badar yakni
sekitar 3000 pasukan.
Rasulullah SAW yang mendengar kabar tersebut lalu bergegas
menuju Madinah mengadakan persiapan militer. Rasulullah SAW dan sahabat memilih
untuk untuk menjawab tantangan Quraisy di medan terbuka luar kota Madinah.
Rasulullah SAW membagi pasukan Islam menjadi tiga batalyon :
Batalyon Muhajirin dibawah komando Mush’ab bin Umair, Batalyon Aus dikomando
oleh Usaid bin Hudhair dan Batalyon Khazraj dipimpin oleh Khabbab bin Al
Mundzir . Jumlah total pasukan Islam hanya 1000 orang, dengan perlengkapan
fasilitas serba minim berupa 100 baju besi dan 50 ekor kuda (dikisahkan dalam
sebuah riwayat: tanpa adanya kuda sama sekali) dalam perang ini. Wallahu a’lam
Sesampainya di Uhud kedua pasukan saling mendekat.
Peperangan pun terjadi pada para pemangku panji perang.
Setelah beberapa orang yang tewas, akhirnya perang pun
berkobar. Perang berkecamuk merata di setiap titik bak kobaran api menjalar
membakar rerumputan kering, jagoan-jagoan Islam benar-benar menampakkan
kehebatan dan kepiawaian mereka dalam putaran perang kali ini, militansi
pasukan Islam merupakan buah dari kekuatan iman yang merasuk dan terpatri kuat
dalam hati mereka, seakan-akan iman telah memenuhi setiap pembuluh darah
mereka, kecilnya jumlah tak menciutkan nyali para pejuang demi tegaknya agama
Allah. Barisan musuh semakin kacau-balau.
Tak pelak, mereka lari centang-perenang meninggalkan medan
laga, dan lalai dengan ambisi buruk yang selama ini mereka impikan.
Kaum muslimin unggul dan menguasai medan laga. Namun
disinilah mulainya malapetaka. Pasukan Quraisy yang lari meninggalkan harta
benda yang melimpah.
Kaum muslimin malah sibuk mengumpulkan harta rampasan perang
yang tercicir. Bermulalah kecintaan terhadap dunia menghinggapi hati sebahagian
besar pasukan pemanah.
Mereka khawatir akan tidak mendapat bahagian rampasan
perang. Mereka meninggalkan bukit strategis itu dan lalai terhadap wasiat
Rasulullah.
Kini pertahanan inti kaum muslimin dalam kondisi rawan.
Kholid bin Al-Walid, salah satu komandan pasukan berkuda Quraisy, tak
membiarkan kesempatan emas itu lewat begitu saja.
Ia memutar haluan arah pasukan kuda Quraisy dan dengan
segala ambisi merebut posisi paling strategis, iaitu bukit para pemanah. Musuh
menyergap dan mengepung sisa pasukan pemanah. Para pemanah tak kuasa menghalau
serangan mendadak itu. Pertahanan kaum muslimin semakin rapuh. Kondisi berubah
seketika.
Saat itu, Rasulullah di khabarkan telah meninggal dan
membuat kaum muslimin yang berperang semakin mengendur.
Jiwa pasukan Islam lemah tak tahu kemana mereka akan
melangkah. Sebahagian mereka terduduk tak tahu apa yang ditunggu, bahkan sebahagian
mereka berfikir untuk menghubungi Abdullah bin Ubay bin Salul –salah satu tokoh
munafiqin– guna meminta perlindungan keamanan dari Abu Sufyan (yang ketika itu
belum masuk Islam).
Jagoan Quraisy menjadikan Rasulullah shallalallahu ‘alaihi
wa sallam sebagai target operasi utama.
Rasulullah saat itu hanya didampingi sembilan orang
shahabat sedangkan pasukan muslimin yang
lain tercerai-berai. Namun, kaum musyrikin lebih dahulu mendengarnya, secepat
kilat mencari sumber suara, dan disitulah mereka mendapatkan manusia mulia yang
selama ini mereka berambisi besar untuk membunuhnya.
Sebanyak tujuh orang gugur dari sembilan orang shahabat yang
melindungi Rasulullah. Adapun dua orang yang tersisa adalah Thalhah bin
Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhuma. Saat itu musuh
sangat leluasa menyerang Rasulullah.
Utbah bin Abi Waqqash melukai bibir beliau shallalallahu
‘alaihi wa sallam dengan lemparan batu. Abdullah bin Shihab Az-Zuhry menciderai
pipi beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Abdullah bin Qim’ah menyabetkan
pedangnya pada pundak beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam, yang menyebabkan
rasa sakit lebih dari sebulan, namun sabetan tersebut tidak berhasil menembus
baju besi sang nabi Allah.
Abdullah menyabetkan kembali pedangnya tepat di pipi beliau
shallalallahu ‘alaihi wa sallam.
Rantai yang pecah itu membuat pedang dengan luluasa menembus
pipi Rasulullah hingga gigi seri beliau pecah. Sontak saja wajah Nabi Allah ini
berlumuran darah.
Dua sahabat yang masih tersisa itulah yang melindungi
Rasulullah sampai putus beberapa jari-jemari. Pada pertempuran ini tentara
Muslim banyak yang menjadi korban sehingga mayoritas ahli sejarah menyatakan
bahwa kaum muslimin mengalami kekalahan dalam pertempuran Uhud.
Ulasan
Catat Ulasan